Oleh Ranti Novianti
Dosen Pendidikan Khusus, Universitas Negeri Malang
Kontak: ranti.novianti@um.ac.id
Banyak orang beranggapan bahwa kesulitan membaca hanya soal anak yang belum bisa membunyikan huruf dengan benar. Namun, kenyataannya lebih kompleks. Ada anak yang bisa membaca kata-kata dengan akurat, tetapi tetap mengalami kesulitan memahami bacaan karena proses membacanya sangat lambat. Lambat dalam konteks ini bukan disebabkan oleh kemalasan, melainkan karena otak anak tersebut belum otomatis menghubungkan simbol visual huruf dengan bunyinya.
Fenomena lambatnya proses ini dapat dijelaskan dengan konsep yang disebut Rapid Automatized Naming atau RAN. Sebuah studi meta-analisis besar yang dilakukan oleh Araújo dan rekan-rekannya pada tahun 2015, yang mengkaji 137 penelitian dengan lebih dari 28.000 peserta, menegaskan bahwa RAN merupakan salah satu prediktor paling kuat untuk kelancaran membaca di berbagai bahasa dan budaya.
Apa Itu Rapid Automatized Naming (RAN)?
RAN adalah sebuah tes sederhana namun efektif, di mana anak diminta menyebutkan sebanyak mungkin simbol seperti huruf, angka, warna, atau objek dalam waktu sesingkat mungkin. Hasil dari tes ini menggambarkan seberapa cepat otak anak mampu mengenali simbol tersebut dan langsung mengeluarkan bunyinya.
Sebagai contoh, ketika anak melihat huruf “b”, seberapa cepat otaknya bisa mengenali bentuk visual tersebut dan menghubungkannya dengan bunyi /b/? Pada anak yang sudah lancar membaca, proses ini terjadi dengan otomatis dan sangat cepat. Namun, bagi anak dengan kesulitan belajar membaca, jalur ini sering berjalan lambat atau tidak stabil, sehingga mereka membaca dengan terbata-bata dan lambat.
Temuan Meta-analisis Araújo dan tim
Studi ini menemukan beberapa hal penting yang memperkuat pemahaman kita tentang RAN dan membaca:
- Ada korelasi yang cukup kuat antara kecepatan RAN dan kemampuan membaca. Angka ini sangat besar jika dipandang sebagai hubungan antara satu keterampilan tunggal dan kemampuan membaca yang kompleks.
- RAN yang melibatkan simbol huruf dan angka (alfanumerik) memiliki hubungan yang lebih kuat dengan kemampuan membaca dibandingkan RAN yang melibatkan simbol non-alfanumerik seperti warna atau objek.
- RAN berkaitan erat dengan kelancaran atau fluency membaca, bukan sekadar akurasi. Artinya, seorang anak mungkin bisa membaca kata dengan benar, tapi jika RAN-nya rendah, mereka tetap akan membaca dengan sangat lambat.
- Hubungan antara RAN dan membaca ini konsisten ditemukan di berbagai bahasa, termasuk bahasa dengan struktur ortografi transparan seperti bahasa Spanyol maupun bahasa yang lebih kompleks seperti Inggris.
Mengapa RAN Penting dalam Membaca?
Membaca tidak hanya sekadar mengenali huruf satu per satu. Proses ini membutuhkan kemampuan otak untuk menghubungkan informasi visual (simbol tulisan) dengan informasi fonologis (bunyi), kemudian menangkap makna dari kata yang terbentuk.
RAN menunjukkan seberapa cepat jalur ini bekerja. Jika jalur ini lambat, anak akan membaca dengan terbata-bata. Sebaliknya, jika RAN cepat, anak dapat membaca secara otomatis dan mengalokasikan lebih banyak energi mental untuk memahami isi teks serta konteks bacaan.
Dengan kata lain, RAN adalah pintu utama untuk mencapai otomatisasi membaca yang sangat penting untuk kelancaran dan pemahaman.
Bukti dari Neurolinguistik
Studi neuroimaging menunjukkan bahwa anak-anak dengan kelemahan dalam RAN mengalami keterlambatan aktivasi di bagian otak yang dikenal sebagai Visual Word Form Area (VWFA), yang terletak di occipito-temporal kiri. Area ini penting untuk pengenalan kata secara cepat dan efisien.
Hal ini menunjukkan bahwa kesulitan RAN bukan sekadar masalah “malas membaca” tetapi merupakan masalah neurologis dalam kecepatan akses simbol-bunyi di otak.
Implikasi Praktis untuk Pendidikan
Dari sudut pandang praktis, sangat penting bagi guru dan tenaga pendidikan untuk melakukan asesmen RAN sejak dini, terutama pada anak usia TK dan kelas 1 SD. Tes RAN sederhana seperti menyebutkan huruf atau angka secara cepat bisa digunakan sebagai alat untuk memprediksi risiko kesulitan membaca di kemudian hari.
Dalam pendidikan, fokus pada kelancaran membaca sama pentingnya dengan akurasi. Seorang anak yang sudah akurat membaca tetap memerlukan latihan untuk meningkatkan kecepatan agar sekaligus bisa memahami isi bacaan dengan baik.
Relevansi untuk Indonesia
Bahasa Indonesia dikenal relatif mudah dari segi fonik karena ortografinya transparan. Namun, aspek kelancaran atau fluency sering menjadi aspek yang kurang mendapat perhatian dalam pembelajaran membaca anak.
Dengan mengintegrasikan latihan RAN ke dalam proses pembelajaran, anak-anak Indonesia bisa dibantu agar tidak sekadar “bisa membaca” tetapi juga lancar membaca dan dengan mudah memahami isi bacaan.
Penutup Inspiratif
Meta-analisis Araújo menyampaikan pesan penting: kecepatan menyebutkan simbol-simbol sederhana seperti huruf dan angka adalah cermin utama kelancaran membaca anak. Membaca yang baik bukan hanya soal akurasi, tapi juga otomasi dan kelancaran.
Bagi guru, alat RAN adalah sarana sederhana namun sangat efektif untuk mengenali anak-anak yang berisiko mengalami kesulitan membaca dan bisa menjadi panduan untuk intervensi lebih awal dan tepat sasaran. Bagi orang tua, melatih kelancaran membaca di rumah, misalnya melalui permainan menyebutkan huruf dan angka dengan cepat, bisa membawa perubahan besar pada kemampuan membaca anak.
Sebagai bagian dari upaya memperkuat intervensi membaca berbasis RAN di Indonesia, Rainbow Intervention and Learning Center telah mengembangkan alat asesmen untuk melihat kemampuan Rapid Automatized Naming yang dapat diakses melalui aplikasi digital. Pengembangan ini memungkinkan guru dan praktisi pendidikan untuk melakukan asesmen RAN secara lebih praktis, akurat, dan efisien dalam berbagai konteks pembelajaran.
Selain untuk asesmen, Rainbow Intervention and Learning Center juga menyediakan program intervensi membaca yang terintegrasi antara latihan RAN dan phonological awareness dan dengan menggunakan media pembelajaran Phonokit. Media ini dirancang interaktif dan adaptif, memfasilitasi anak dalam latihan pengenalan bunyi yang merupakan elemen penting dari phonics modern. Kombinasi intervensi RAN lewat aplikasi dan penggunaan Phonokit sebagai media belajar memberikan pendekatan holistik yang mendukung perkembangan otak dalam proses membaca.

