Bagaimana Otak Belajar Membaca: VWFA dan Proses “Neuronal Recycling”

Oleh Ranti Novianti
Dosen Pendidikan Khusus, Universitas Negeri Malang
Kontak: ranti.novianti@um.ac.id

Manusia hidup ribuan tahun tanpa mengenal tulisan. Membaca adalah kemampuan budaya yang baru muncul sekitar 5.000 tahun terakhir, sebuah waktu yang sangat singkat dalam skala evolusi. Jadi, bagaimana otak kita dapat melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak “dirancang” oleh proses evolusi? Pertanyaan ini menarik dan dijawab oleh penelitian Dehaene-Lambertz, Monzalvo, dan Dehaene pada tahun 2018.

Mereka menunjukkan bahwa ketika anak belajar membaca, otak mengalami transformasi besar di sebuah area khusus yang disebut Visual Word Form Area (VWFA). Proses ini adalah contoh dari apa yang disebut “neuronal recycling,” yaitu daur ulang saraf lama untuk fungsi baru seperti membaca.

Apa Itu VWFA?

VWFA adalah area kecil yang terletak di bagian kiri otak, tepatnya di occipito-temporal ventral kiri. Area ini awalnya berfungsi mengenali bentuk visual umum seperti wajah, objek, dan pola. Namun, saat anak belajar membaca, area ini didaur ulang khusus untuk mengenali huruf dan kata tertulis. Akibatnya, bagi pembaca mahir, VWFA bekerja sebagai jalur otomatis yang memungkinkan otak mengenali kata-kata secara langsung tanpa harus mengeja huruf satu per satu. Ini memungkinkan kecepatan membaca yang tinggi dan kelancaran yang terlihat alami.

Penelitian longitudinal yang dilakukan oleh Dehaene-Lambertz dan tim pada tahun 2018 memberikan gambaran menakjubkan tentang bagaimana otak anak berubah seiring proses belajar membaca. Dalam studi yang mengikuti perkembangan anak selama beberapa tahun, mulai dari saat mereka belum bisa membaca hingga menjadi pembaca yang mahir, para peneliti mengamati secara langsung bagaimana otak “membangun” area khusus untuk membaca, yaitu Visual Word Form Area (VWFA) di bagian kiri otak.

Pada tahap awal, sebelum anak benar-benar bisa membaca, VWFA merespons hampir semua bentuk visual dengan cara yang sama, baik itu gambar, wajah, maupun objek di sekitar. Namun, seiring waktu dan latihan membaca yang terus-menerus, area ini mengalami spesialisasi luar biasa. VWFA mulai menjadi sangat selektif yaitu hanya merespons huruf, kata, dan pola tulisan yang memiliki arti linguistik.

Yang lebih menarik lagi, perubahan ini bersifat permanen. Setelah VWFA “dilatih” untuk mengenali huruf dan kata, area ini tidak kembali lagi ke fungsi lamanya sebagai pengenal bentuk umum. Dengan kata lain, otak anak yang sudah belajar membaca benar-benar membentuk “ruang baru” yang secara biologis didedikasikan untuk membaca.

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa semakin sering anak membaca, semakin kuat dan otomatis aktivasi VWFA-nya. Jalur ini menjadi semacam “mesin utama” dalam membaca yaitu menentukan kecepatan, keakuratan, dan efisiensi pengenalan kata. Proses yang awalnya lambat dan penuh usaha, seiring waktu berubah menjadi refleks yang hampir otomatis, hasil dari ribuan jam latihan yang secara harfiah mengubah struktur dan fungsi otak. 

Temuan ini mempertegas bahwa membaca bukan sekadar keterampilan akademik, tetapi sebuah transformasi biologis. Setiap kali anak membaca, mereka tidak hanya memaknai kata di halaman, tetapi juga sedang memperkuat jalur-jalur saraf yang membentuk dasar bagi literasi sepanjang hidup.

Apa Itu “Neuronal Recycling”?

Istilah neuronal recycling diperkenalkan oleh Stanislas Dehaene. Proses ini berarti otak tidak memiliki area khusus membaca bawaan, namun area yang dulu digunakan untuk tugas pengenalan visual umum dialihfungsikan untuk pengenalan huruf dan kata. Dengan cara ini, budaya baru seperti membaca dapat “menempel” pada struktur otak yang sudah ada tanpa memerlukan jutaan tahun evolusi baru.

Mengapa Memahami VWFA Penting?

Banyak orang menganggap membaca sebagai kemampuan “alami” anak, padahal membaca sejatinya adalah hasil latihan dan proses pembelajaran yang membentuk otak. Anak dengan disleksia menunjukkan gangguan pada aktivitas VWFA, yang terbukti melalui berbagai studi fMRI. Studi-studi tersebut menemukan bahwa anak disleksia memiliki aktivitas VWFA yang lebih rendah dibanding anak pembaca biasa. Berita baiknya, semakin sering seseorang membaca, semakin kuat dan efisien VWFA bekerja, yang menjelaskan mengapa latihan membaca konsisten sangat penting.

Bukti Neurolinguistik Pendukung

Sejumlah penelitian neurolinguistik memberikan bukti kuat yang mendukung peran penting Visual Word Form Area (VWFA) sebagai pusat utama aktivitas membaca di otak. Penelitian yang dilakukan oleh Barquero dan rekan-rekannya tahun 2014 menunjukkan bahwa intervensi membaca berbasis fonologi mampu meningkatkan aktivitas VWFA secara signifikan pada anak-anak dengan disleksia. Setelah mengikuti latihan membaca yang terstruktur, area otak yang sebelumnya kurang aktif ini mulai menunjukkan peningkatan respons terhadap kata dan huruf. Temuan ini memperlihatkan bahwa latihan fonologis tidak hanya memperbaiki kemampuan membaca di tingkat perilaku, tetapi juga mengubah cara kerja otak secara nyata.

Sementara itu, penelitian Keller dan Just tahun 2009 memperkuat temuan tersebut dengan pendekatan berbeda. Melalui teknologi Diffusion Tensor Imaging (DTI), mereka menemukan adanya penguatan pada jalur serabut putih (white matter) yang menghubungkan VWFA dengan area bahasa di otak kiri. Jalur komunikasi ini menjadi lebih efisien setelah anak menjalani latihan membaca intensif, menunjukkan bahwa intervensi yang tepat dapat memperbaiki konektivitas saraf antara pusat visual dan pusat bahasa.

Kedua temuan ini secara konsisten menegaskan satu hal penting bahwa VWFA adalah jantung otak membaca. Di area inilah huruf-huruf berubah menjadi simbol bermakna, dan di sinilah proses membaca menjadi otomatis serta efisien. Dengan kata lain, setiap kali seorang anak belajar membaca, mereka sebenarnya sedang melatih otaknya untuk membentuk jalur komunikasi baru antara penglihatan dan bahasa yaitu sebuah transformasi luar biasa yang dapat diukur secara ilmiah.

Implikasi untuk Pendidikan

Berdasarkan pemahaman tentang VWFA dan neuronal recycling, ada beberapa pesan penting untuk pendidikan:

  • Membaca harus dilatih sejak dini agar VWFA segera terbentuk dan berfungsi optimal.
  • Latihan membaca perlu dilakukan secara intensif dan konsisten. Paparan pada tulisan tidak boleh hanya sesekali.
  • Materi bacaan harus disajikan secara bertahap mulai dari huruf, kata sederhana, kata kompleks, hingga teks panjang.
  • Anak dengan gangguan aktivitas VWFA, seperti disleksia, membutuhkan intervensi khusus untuk menyalakan kembali jalur ini.

Relevansi untuk Indonesia

Tingkat literasi di Indonesia masih perlu ditingkatkan, salah satu faktor penyebabnya adalah kurangnya paparan membaca sejak dini. Pengetahuan tentang VWFA memberi gambaran bahwa semakin sedikit anak membaca, semakin lemah jalur otak membaca mereka. Oleh karena itu, investasi pada kebiasaan dan lingkungan yang mendukung membaca sejak usia dini sangatlah penting untuk membangun bangsa yang melek huruf dan cerdas.

Penelitian Dehaene-Lambertz dan tim tahun 2018 mengajarkan kita bahwa otak tidak terlahir dengan kemampuan membaca, tapi dapat belajar membaca melalui pengaktifan kembali neuronnya yang sudah ada. VWFA adalah bukti nyata neuroplastisitas otak manusia.

Bagi para guru dan orang tua, pesan ini sangat jelas yaitu jangan pernah ragu menanamkan kebiasaan membaca sejak dini. Setiap halaman yang dibaca anak bukan hanya menambah pengetahuan, tapi juga melatih otaknya menjadi mesin literasi yang kuat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *