Oleh Ranti Novianti
Dosen Pendidikan Khusus, Universitas Negeri Malang
Kontak: ranti.novianti@um.ac.id
Mengapa beberapa anak tetap mengalami kesulitan membaca meski sudah belajar dengan giat dan diberi metode yang tepat?. Beberapa anak bisa mengenal bunyi huruf tetapi membaca dengan lambat sekali, sementara yang lain kesulitan menguraikan bunyi kata itu sendiri. Pertanyaan ini menemukan jawabannya dalam sebuah teori penting yang dikembangkan oleh Maryanne Wolf dan Patricia Bowers pada tahun 1999, yang dikenal sebagai Double Deficit Hypothesis atau Hipotesis Defisit Ganda.
Memahami Double Deficit
Wolf dan Bowers mengidentifikasi dua kemampuan utama yang sangat berperan dalam kemampuan membaca anak, yaitu kesadaran fonologis dan kecepatan penamaan otomatis (rapid automatized naming, RAN). Hipotesis ini menyatakan bahwa kesulitan membaca dapat muncul dari satu atau kedua kemampuan ini yang terganggu:
- Defisit Kesadaran Fonologis (Phonological Awareness – PA): Kesadaran fonologis adalah kemampuan mengenal dan memanipulasi bunyi dalam kata. Anak dengan defisit ini mengalami kesulitan dalam menguraikan kata menjadi bunyi-bunyi terkecil. Contohnya, mereka sulit memecah kata “buku” menjadi bunyi /b/ /u/ /k/ /u/. Kesulitan ini sangat menghambat proses decoding kata baru dan mengaplikasikan aturan bunyi-huruf atau phonic yang merupakan fondasi belajar membaca.
- Defisit Kecepatan Penamaan Otomatis (Rapid Automatized Naming – RAN): RAN menggambarkan kemampuan anak mengenali dan menyebutkan simbol seperti huruf, angka, atau objek dengan cepat dan otomatis. Anak dengan defisit RAN ini mungkin sudah mengenal bunyi huruf, tapi otak mereka lambat dalam mengakses informasi tersebut. Akibatnya, mereka dapat membaca dengan akurat, tetapi proses membaca menjadi sangat lambat dan melelahkan, sehingga mengganggu pemahaman isi teks.
Yang paling menantang adalah ketika anak mengalami kedua defisit tersebut secara bersamaan. Anak-anak dengan double deficit biasa menunjukkan kesulitan membaca yang paling parah, karena mereka berjuang pada dua aspek penting dalam proses membaca.
Mengapa Hipotesis Ini Penting?
Hipotesis ini memberikan pemahaman baru yang lebih lengkap dibandingkan teori sebelumnya yang hanya menekankan pada kesadaran fonologis sebagai penyebab utama disleksia. Wolf dan Bowers menyoroti bahwa kecepatan penamaan juga merupakan faktor kunci yang berdiri sendiri dalam kesulitan membaca.
Penelitian telah menunjukkan, anak dengan double deficit cenderung mendapat skor terendah dalam pengujian kelancaran membaca dan pemahaman, dibandingkan anak yang hanya mengalami satu defisit saja. Mereka juga umumnya kurang responsif terhadap intervensi berbasis phonic semata, sehingga membutuhkan pendekatan yang lebih intensif dan beragam.
Apa Peran Kecepatan Penamaan Otomatis atau RAN?
Kecepatan penamaan otomatis sering kurang diperhatikan dalam pendidikan baca tulis. Sementara kesadaran fonologis berkaitan dengan mengenali bunyi yang membentuk kata, RAN berhubungan dengan seberapa cepat otak menghubungkan simbol dengan bunyinya. Bayangkan seorang anak yang mengenal huruf dengan baik, tetapi otak mereka perlu waktu lama untuk “memanggil” bunyi tersebut dan menggabungkannya menjadi kata.
Hal ini membuat proses membaca menjadi sangat melelahkan dan mempengaruhi kemampuan anak dalam mengingat dan memahami apa yang mereka baca.
Dampak Neurologis dari Double Deficit
Studi neuroimaging menunjukkan bahwa gangguan dalam kedua area otak yang bertugas mengatur fonologi dan kecepatan pemrosesan visual merupakan dasar gangguan membaca pada anak dengan double deficit. Aktivitas di wilayah otak temporo-parietal dan occipito-temporal yang sangat penting untuk pengolahan bunyi dan simbol tulisan terlihat berkurang secara signifikan pada anak-anak dengan double deficit.
Hal ini memperkuat bukti bahwa double deficit bukan hanya masalah belajar biasa, melainkan masalah neurologis yang memerlukan pendekatan khusus dan kesabaran ekstra dalam pembelajaran.
Implikasi untuk Guru dan Orang Tua
Dari sudut pandang praktis, sebagai pendidik, saya menekankan bahwa asesmen awal terhadap kesulitan membaca harus mencakup asesmen kesadaran fonologis dan kecepatan penamaan atau RAN. Intervensi pembelajaran harus disesuaikan dengan profil anak:
- Anak dengan defisit kesadaran fonologis perlu mendapatkan latihan yang mengasah keterampilan mengenali dan memanipulasi bunyi kata secara sistematis.
- Anak dengan defisit kecepatan penamaan membutuhkan latihan yang meningkatkan kecepatan dan otomatisasi dalam menyebutkan huruf, angka, dan kata.
- Anak dengan double deficit memerlukan pendekatan gabungan, dengan latihan intensif dan pengulangan berkelanjutan agar dapat mengatasi kedua hambatan tersebut secara bersamaan.
Hal yang perlu digarisbawahi adalah fokus pembelajaran bukan sekadar mencapai akurasi membaca, tetapi juga kelancaran dalam membaca agar pemahaman bacaan bisa tercapai maksimal.
Hipotesis Defisit Ganda oleh Wolf dan Bowers memberi pemahaman yang jauh lebih luas tentang kesulitan membaca yang dialami anak-anak. Mengetahui bahwa ada dua sumber utama masalah kesadaran fonologis dan kecepatan penamaan otomatis membantu pendidik, orang tua, dan tenaga profesional merancang intervensi yang lebih tepat dan efektif.
Dengan kesabaran dan pendekatan yang sesuai, anak-anak ini masih bisa dibantu untuk mengatasi kesulitan mereka dan mencapai kemampuan literasi yang memadai. Penting bagi kita untuk melihat perjuangan mereka dengan rasa hormat dan semangat mendukung agar mereka berhasil meraih masa depan yang cerah melalui kemampuan membaca.

