Sebelum Anak Pandai Membaca, Ia Harus Pandai Mendengar: Peran Listening Comprehension dalam Literasi

Oleh Ranti Novianti
Dosen Pendidikan Khusus, Universitas Negeri Malang
Kontak: ranti.novianti@um.ac.id

Banyak guru dan orang tua merasa lega ketika anak bisa membaca kata demi kata dengan benar. Namun, seringkali muncul masalah yang membingungkan, yaitu meski lancar membaca, anak tidak benar-benar memahami apa yang dibacanya. Orang tua pun sering berkata, “Padahal dia sudah lancar membaca, kok tidak ngerti?”

Fenomena ini menjadi fokus perhatian Howard Hogan, Suzanne Adlof, dan Crystle Alonzo dalam penelitian mereka tahun 2014. Mereka menegaskan bahwa kemampuan listening comprehension atau pemahaman bahasa lisan adalah kunci penting untuk menentukan apakah anak benar-benar memahami bacaan atau hanya sekadar mengeja huruf saja.

Simple View of Reading (SVR)

Dasar pemikiran mereka adalah model yang disebut Simple View of Reading (SVR). Model ini menyatakan bahwa kemampuan memahami bacaan (reading comprehension) adalah hasil dari dua faktor utama, yaitu:

  • Decoding: kemampuan mengubah tulisan menjadi bunyi, misalnya saat membaca kata “pohon” anak mampu mengubah huruf menjadi suara yang dikenali.
  • Listening Comprehension (LC): kemampuan memahami bahasa lisan, termasuk memahami kosakata, tatabahasa, dan mampu membuat inferensi atau kesimpulan dari apa yang didengar.

Reading comprehension akan optimal jika kedua kemampuan ini kuat. Jika decoding baik tapi listening comprehension lemah, anak sulit mengerti makna bacaan. Sebaliknya, jika listening comprehension kuat tapi decoding lemah, anak bisa memahami cerita saat dibacakan, tapi kesulitan membaca kata sendiri.

Temuan Hogan tahun 2014

Hogan dan kolega menemukan bahwa seiring perkembangan anak, peran listening comprehension semakin penting dibanding decoding. Di kelas rendah, decoding masih sangat dominan karena anak belajar menghubungkan huruf dan bunyi. Namun, di kelas atas, listening comprehension menjadi faktor utama dalam keberhasilan membaca dan memahami teks.

Mereka juga mengidentifikasi kelompok anak yang disebut “poor comprehenders” yaitu anak yang lancar membaca kata tetapi gagal memahami makna. Anak-anak ini umumnya memiliki kosakata yang terbatas, kesulitan memahami kalimat panjang atau kompleks, serta tidak mampu membuat inferensi yang diperlukan untuk memahami teks secara utuh.

Oleh sebab itu, intervensi literasi tidak boleh hanya fokus mengasah fonik dan kelancaran membaca, tetapi harus mencakup latihan memperkaya kosakata, memahami tata bahasa, dan strategi pemahaman yang efektif.

Mengapa Listening Comprehension Sangat Penting?

Membaca pada dasarnya adalah bentuk bahasa lisan yang dipindahkan ke tulisan. Jika anak lemah dalam memahami bahasa lisan, otomatis ia akan sulit memahami apa yang dibaca.

Contohnya, anak bisa membaca kalimat: “Ketika hujan turun deras, anak-anak tetap bermain di halaman.” Namun, jika anak tidak mengenal kosakata “deras” atau tidak memahami bagaimana kalimat yang mengandung anak kalimat seperti ini disusun, mereka hanya akan membaca kata tanpa benar-benar menangkap maknanya.

Kemampuan ini bukan hanya mengandalkan pengenalan kata, tapi juga kemampuan memahami struktur bahasa dan menghubungkan informasi dalam teks yang bersifat kompleks.

Implikasi Praktis untuk Pendidikan

Dari pengalaman dan penelitian ini, terdapat beberapa langkah yang bisa dilakukan oleh guru dan orang tua:

  • Bangun kosakata anak sejak dini. Melalui percakapan sehari-hari, mendongeng, dan membaca buku cerita bersama anak, kosakata anak menjadi kaya yang membantu mereka memahami bacaan di sekolah.
  • Latihan mendengarkan aktif. Anak diberikan kesempatan mendengarkan cerita dan kemudian menjawab pertanyaan literal seperti “Siapa tokohnya?” serta pertanyaan inferensial seperti “Mengapa dia sedih?” untuk melatih kemampuan menangkap makna dari konteks.
  • Perkuat tata bahasa lisan. Anak perlu dibiasakan dengan kalimat yang lebih panjang, kata hubung, dan struktur bahasa yang kompleks agar mampu memahami teks yang sejenis.
  • Integrasikan membaca dan mendengarkan. Guru dapat membaca teks keras-keras di kelas, lalu mendorong anak untuk menjelaskan kembali isi cerita tersebut dalam kata-kata mereka sendiri sebagai latihan pemahaman aktif.

Bukti Neurolinguistik

Studi menggunakan teknologi fMRI menunjukkan bahwa listening comprehension melibatkan area-area tertentu di otak, seperti area frontal kiri yang berperan dalam pemrosesan tata bahasa (sintaksis), serta area temporal kiri yang mengolah makna kata dan kalimat (semantik).

Anak yang lemah dalam listening comprehension menunjukkan konektivitas yang terbatas di jalur-jalur saraf ini, yang menunjukkan bahwa masalah mereka bukan hanya soal kosakata yang sedikit, tetapi juga adanya dasar neurolinguistik yang mempengaruhi pemahaman bahasa.

Relevansi untuk Indonesia

Di Indonesia, pembelajaran membaca masih cenderung terjebak pada fokus mengajarkan anak agar akurat mengeja kata. Anak-anak yang sudah bisa membaca kata kerap dianggap telah “bisa membaca”, padahal banyak di antara mereka belum benar-benar memahami isi teks yang dibaca. Dengan menekankan latihan listening comprehension sejak usia dini, seperti kegiatan membaca nyaring dan diskusi cerita, guru dapat membangun pondasi kuat bagi kemampuan memahami bacaan anak.

Penelitian Hogan dan tim mengingatkan kita bahwa membaca bukan cuma tentang seberapa baik anak mengeja kata, tapi seberapa baik mereka bisa menangkap dan mengolah makna bacaan. Membaca tanpa pemahaman sama saja seperti berjalan tanpa arah.

Untuk guru dan orang tua, fokus tidak boleh berhenti pada kemampuan fonik dan kelancaran membaca. Kemampuan listening comprehension harus diasah sejak dini sebagai pondasi inti literasi: memahami, menafsirkan, dan menghubungkan bacaan dengan kehidupan sehari-hari.

Dengan pendekatan yang tepat, anak-anak di Indonesia tidak hanya bisa membaca kata-kata dengan baik, tetapi juga mengerti dunia luas yang mereka hadapi melalui teks yang dibaca. Ini adalah kunci membuka pintu pengetahuan dan masa depan yang cerah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *